Halo generasi masa depan!
Saat ini globalisasi telah menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari. Globalisasi adalah proses terbukanya batas-batas antarnegara dalam berbagai bidang, termasuk komunikasi, ekonomi, budaya, dan teknologi. Dalam konteks kebahasaan, globalisasi membawa pengaruh besar terhadap cara manusia berkomunikasi, penggunaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, menjadi semakin lazim di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan tergesernya posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia, sebagai simbol identitas nasional dan alat pemersatu bangsa, kini menghadapi tantangan besar. Pengaruh globalisasi tidak hanya memengaruhi cara kita berbicara, tetapi juga pola pikir dan sikap terhadap bahasa kita sendiri. . Artikel ini akan membahas bagaimana posisi bahasa Indonesia di tengah arus globalisasi, tantangan yang dihadapi, dan langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan untuk mempertahankan eksistensinya..
Salah satu tantangan utama yang dihadapi bahasa Indonesia adalah dominasi bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Bahasa ini mendominasi berbagai ranah kehidupan, mulai dari teknologi, ilmu pengetahuan, hingga hiburan. Banyak istilah asing yang digunakan begitu saja tanpa adaptasi, seperti “meeting”, “deadline”, “update”, hingga “content creator”. Bahkan, tidak sedikit iklan, nama merek, dan slogan di ruang publik yang lebih memilih menggunakan bahasa Inggris karena dianggap lebih keren dan modern. Fenomena ini juga terlihat jelas di kalangan generasi muda. Dalam percakapan sehari-hari, baik lisan maupun tulisan (terutama di media sosial), mereka cenderung mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing atau bahasa gaul. Penggunaan kata-kata seperti “literally”, “vibes”, “healing”, atau “cringe” menjadi hal yang lumrah. Akibatnya, kebiasaan berbahasa Indonesia yang baik dan benar mulai terpinggirkan. Penggunaan kata tersebut di kalangan generasi muda merupakan bahasa gaul.
Selain itu, bahasa Indonesia juga berada di antara tekanan dari dua sisi antara bahasa asing dan bahasa daerah. Meskipun keberagaman bahasa daerah merupakan kekayaan bangsa, minimnya interaksi lintas daerah dan kurangnya pelestarian membuat beberapa bahasa daerah mulai ditinggalkan, termasuk oleh generasi mudanya. Jika dibiarkan, hal ini tidak hanya mengancam kelestarian bahasa daerah, tetapi juga memperlemah akar identitas nasional yang berpijak pada bahasa Indonesia. Generasi muda enggan dan gengsi untuk berbahasa daerah, mereka lebih memilih bahasa Indonesia bahkan bahasa Inggris. Jikalau dipakai, penggunaannya campur kode antara bahasa daerah dengan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga simbol persatuan dan identitas nasional. Dalam sejarahnya, Sumpah Pemuda 1928 menjadi tonggak penting pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Bahasa ini berhasil menyatukan bangsa yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa daerah menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia memegang peran sentral sebagai sarana penyampaian ilmu pengetahuan, pembentukan karakter, dan pembangunan daya pikir siswa. Bahasa yang digunakan di sekolah menentukan cara berpikir siswa dan bagaimana mereka membangun hubungan sosial serta memahami dunia. Jika masyarakat, khususnya generasi muda, mulai meninggalkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka kekuatan bahasa sebagai perekat bangsa akan melemah secara perlahan.
Untuk itu, perlu adanya kerja sama berbagai pihak agar Bahasa Indonesia tetap terjaga di tengah arus globalisasi. Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan ialah sebagai berikut.
1. Meningkatkan Kesadaran Berbahasa melalui Pendidikan
Salah satu aspek yang paling berpengaruh yaitu dunia pendidikan. Sekolah dan Universitas memiliki peran besar dalam mencetak generasi yang cinta bahasa Indonesia.
2. Peran Aktif Keluarga dan Masyarakat
Orang tua dan lingkungan sekitar berperan penting dalam membiasakan penggunaan bahasa Indonesia yang baik sejak dini. Selain itu, komunitas literasi, taman baca, dan organisasi kepemudaan bisa menjadi wadah untuk memperkuat kecintaan terhadap bahasa Indonesia.
3. Revitalisasi Penggunaan Bahasa Indonesia di Ruang Publik dan Digital
Media massa dan konten di media sosial perlu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, menyampaikan pesan-pesan edukatif dengan bahasa Indonesia yang komunikatif dan menarik, hingga kampanye digital yang menyatakan bangga berbahasa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran generasi muda.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa, menjaga bahasa Indonesia bukan hanya tugas guru bahasa atau pemerintah, tetapi tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia. Di era globalisasi ini, mari kita bangga berbahasa Indonesia, karena bahasa kita adalah identitas kita. Siebagai generasi penerus, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjadikan bahasa Indonesia tetap hidup, dinamis, dan bermartabat di tengah derasnya arus globalisasi.
Komentar
Posting Komentar